Greeting


Rabu, 05 Desember 2012

Sholat Menunjang Prestasi



Sholat adalah salah satu bentuk ibadah yang paling vital dan utama setelah seseorang mengikrarkan syahadat atau berada di dalam Islam. Sholat menjadi tumpuan bagi seluruh aktivitas ibadah umat muslim. Sholat juga memegang kendali yang sangat kuat terhadap seluruh aspek kehidupan seorang muslim. Dan percaya atau tidak percaya, ternyata sholat pun memiliki peranan yang sangat penting dalam meningkatkan prestasi seorang muslim.

Sebelumnya, perlu kami sampaikan bahwa prestasi yang dimaksud dalam Islam bukanlah sebatas prestasi akademis yang ditunjukkan oleh nilai atau nominal tertulis saja. Prestasi di dalam Islam adalah kualitas kehidupan yang dijalani oleh seseorang, yang mencakup cara hidup dan hasil dari aktivitas kehidupannya tersebut. Namun, prestasi tersebut pun kemudian juga dapat memompa nilai akademis dalam bentuk nominal tertulis, maupun nilai-nilai kepribadian yang tidak tertulis, misalnya budi pekerti dan akhlak orang tersebut. Berikut ini adalah beberapa unsur mendidik  yang terdapat di dalam ibadah sholat.
Senantiasa mengajarkan kebaikan
“Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu al-Kitab (Alquran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Ankabut : 45)
Melalui ayat di atas, dapat kita pahami dengan jelas bahwa Allah swt telah meyampaikan dengan tegas bahwa sholat dapat mencegah seseorang untuk melakukan perbuatan-perbuatan keji dan mungkar. Mengapa demikian? Karena,seseorang yang telah mampu mendirikan dan mengistiqomahkan sholat dengan baik dan benar, dengan khusyuk, maka ia akan selalu mengingat Allah swt. Ia akan selalu merasa bersama Allah swt. Kapanpun, di manapun, dan dalam aktivitas apapun,  ia merasa bahwa Allah swt senantiasa bersamanya, melihatnya, mendengarnya, dan mengawasinya. Kalau sudah demikian adanya, maka siapa yang akan berani untuk melakukan maksiat, perbuatan-perbuatan keji dan mungkar? Sebaliknya, ia akan senantiasa terdorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang baik atau amalan-amalan sholeh untuk mendapatkan rahmat dan ridho-Nya.

Menanamkan kedisiplinan
“… Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. An Nisa : 103)
Tidak seorang muslim pun dapat mengerjakan sholat dengan semaunya sendiri, yang kapan ia mau maka saat itulah ia mengerjakan sholat. Sholat merupakan salah satu ibadah utama umat muslim yang memang sudah ditetapkan waktunya oleh Allah swt. Tidak ada yang dapat ataupun berhak untuk merubahnya.
Rasulullah SAW bersabda: “sholatlah seperti aku sholat.” (Al Hadits)
Hadits di atas juga menegaskan kepada umat muslim bahwa sholat merupakan satu ibadah yang terikat dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Allah swt dan Rasulullah saw. Aturan-aturan tersebut diantaranya adalah adanya rukun dan syarat sahnya sholat, hal-hal yang membatalkan sholat (perkara yang diharamkan untuk dilakukan ketika sedang sholat), hal-hal yang diwajibkan, dianjurkan dan disunnahkan untuk dikerjakan ketika sholat, dan lain-lain.
Dengan adanya aturan-aturan tersebut, maka diperlukan niat yang kuat dan kesungguhan hati yang mantap untuk mengistiqomahkan ibadah sholat dengan baik dan benar, sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Tentunya, bagi mereka yang telah berhasil mematuhi segala aturan-aturan ketat yang terdapat di dalam ibadah sholat ini, kemudian mampu mengistiqomahkannya dengan baik dan benar, tentu saja akan tertanam kedisiplinan yang mantap dalam dirinya untuk senantiasa bertindak sesuai dengan aturan yang ada. Sikap disiplin akan mendarah daging dalam kehidupannya dan terealisasi dalam setiap aktivitasnya.

Menanamkan kebersihan
“Artinya : Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki” (QS. Al Maidah : 6)
Melalui firman-Nya, Allah swt telah memerintahkan hambanya yang beriman untuk selalu bersuci terlebih dahulu ketika hendak mengerjakan sholat. Tentu saja perintah tersebut merupakan satu syarat yang harus dipenuhi oleh seorang muslim sebelum ia mengerjakan sholat.
Sholat yang tidak didahului dengan bersuci (berwudhu atau bertayamum) tidak akan diterima oleh Allah swt. Sholat yang demikian tidaklah sah dan justru akan menimbulkan satu dosa bagi pelakunya.
“Allah tidak akan menerima shalat salah seorang dari kamu apabila telah berhadats hingga dia berwudhu.” (HR. Bukhari)
Pada perintah-perintah bersuci di atas tentunya telah jelas bahwa sholat hanya boleh dikerjakan setelah seseorang bersuci, yaitu berwudhu atau bertayamum (jika berhadats kecil). Ini mengisyaratkan bahwa tidak boleh melakukan  sholat kecuali bagi orang-orang muslim yang berada dalam keadaan suci. Bersih dari segala bentuk kotoran dan hadas. Dari sini jelaslah bahwa Sholat mengajarkan umat muslim untuk senantiasa menjaga dan memelihara kebersihan, yang tentunya harus diaplikasikan dalam setiap aspek kehidupan, baik jiwa, raga, pakaian, makanan maupun tempat. 

Melatih konsentrasi
Konsentrasi, terpusat, fokus, atau khusyuk, merupakan salah satu kunci keberhasilan bagi setiap aktivitas. Istilah itulah yang senantiasa ditekankan di dalam pelaksanaan sholat, yaitu khusyuk mengingat Allah swt semata, khusyuk disetiap bacaannya, dan khusyuk disetiap gerakannya. Ketika seseorang tengah mengerjakan sholat, maka ia dituntut untuk mengerahkan segenap jiwa, raga, pikiran, dan hatinya untuk bersatu dalam satu titik, yaitu mengingat Allah swt. Tidak diperbolehkan lagi melakukan kontak dengan hal-hal di luar unsur-unsur yang terdapat atau diperbolehkan di dalam sholat. Mengenai konsentrasi atau khusyuk di dalam sholat ini, Allah swt telah berfirman yang artinya:
“Beruntunglah orang-orang yang beriman yaitu orang yang khusyuk dalam shalatnya dan yang menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tiada berguna”. (QS. Al Mukminun: 1-3)
Tekanan untuk melatih kekhusyuk-an ini dilakukan oleh umat muslim setiap hari minimal sebanyak lima waktu, sesuai dengan lima waktu sholat fardhu. Dan latihan ini akan diperkuat lagi dengan melakukan sholat-sholat sunnah yang begitu banyak macamnya. Pelatihan di dalam sholat yang dilakukan setiap hari ini, bahkan berkali-kali dalam sehari tentunya akan membentuk pribadi yang memiliki tingkat konsentrasi yang baik dan semakin baik dalam kehidupannya. Dan hal ini tentu akan mejadi pendukung bagi seorang muslim dalam segala aktivitas kehidupan yang dijalaninya.




Membiasakan ucapan yang baik
Shalat adalah ibadah yang secara langsung berhubungan dengan Allah swt. Di dalam sholat tersebut terdapat bacaan-bacaan yang semuanya bernilai kebaikan. Kalimat-kalimat yang mulia berupa pujian, doa, dan pernyataan penghambaan.
Dengan selalu memuji kepada Allah, insya Allah akan menimbulkan sikap rendah hati. Kalimat yang berupa doa-doa sebagai cermin bahwa manusia adalah makhluk yang tidak memiliki daya dan upaya kecuali atas kehendak Allah swt semata. Tertanamnya bacaan-bacaan yang bernilai kebaikan dan kemuilaan tersebut di dalam hati seseorang, akan menjadikannya sebagai sosok yang selalu berhati-hati dalam berucap dan selalu menghindarkan diri dari sifat sombong, ujub, dan riya.

Mengajarkan kebersamaan dan persatuan


“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukulah beserta orang-orang yang ruku”
 (QS. Al-Baqarah: 43).
“Suatu ketika datanglah seorang laki-laki buta kepada Rasulullah saw dengan tujuan untuk meminta keringanan dalam sholat berjamaah karena kebutaan yang ada pada dirinya. Lelaki yang buta tersebut berkata kepada Rasulullah saw, “Wahai Rasulullah, aku adalah seorang yang buta, tidak ada seorang penuntun yang dapat menuntunku ke Masjid, maka bolehkah aku tidak sholat dengan berjamaah dan cukup bagiku sholat di rumah saja?” Seketika Rasulullah saw memberi keringanan kepada lelaki tersebut sebagaimana yang ia pinta, namun ketika lelaki itu hendak beranjak, Rasulullah saw memanggilnya kembali  dan bertanya kepadanya, “Apakah kamu mendengar adzan panggilan sholat?” Orang buta itu menjawab, “Ya”. Maka Rasulullah saw pun bersabda, “Kalau begitu, sambutlah (berangkatlah sholat berjamaah)” (HR. Muslim).
Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Demi Allah yang jiwaku dalam genggamanNya, sungguh aku pernah akan menyuruh mengumpulkan kayu bakar, kemudian aku perintahkan untuk shalat, lalu adzan pun dikumandangkan. setelah itu, aku menyuruh orang untuk menjadi imam shalat berjamaah. Lalu aku pergi ke rumah orang-orang yang tidak memenuhi panggilan shalat, dan aku bakar rumah mereka saat mereka berada di dalamnya. “(HR. Bukhori Muslim).
“Karena itu shalatlah dengan berjamaah, karena srigala itu hanya menerkam kambing yang jauh terpencil dari kawan-kawannya (jamaahnya)” (HR: Abu Daud).
Di atas merupakan dasar-dasar yang menekankan pentingnya melakukan sholat berjamaah. Dengan demikian, jelaslah bahwa sholat pun mengajarkan kebersamaan, silaturahmi, dan memperkuat persatuan dan kesatuan antar sesama umat muslim.
Di sini dapat kita pahami bahwa sholat merupakan serangkaian ibadah utama bagi umat muslim yang di dalamnya sangat menjunjung tinggi adanya suatu ikatan persaudaraan dan persatuan yang kuat. Dengan demikian, seorang muslim yang senantiasa mengistiqomahkan sholat berjamaah dengan baik dan benar, niscaya akan tertanam di dalam dirinya jiwa persatuan yang sangat kuat, semangat persaudaraan yang tak pernah pupus, dan terus menguatnya rasa kebersamaan yang begitu hangat.



Melatih kejujuran
“Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu al-Kitab (Alquran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Ankabut : 45)
Sekali lagi bahwa sholat merupakan salah satu rangkaian ibadah umat muslim yang berfungsi sebagai pencegah dari perbuatan keji dan mungkar, jika diistiqomahkan dengan baik dan benar, dan dilakukan dengan segenap jiwa dan raga secara menyeluruh dan ikhlas.
Sholat merupakan ibadah yang masing-masing jumlah rakaat-nya sudah ditetapkan, tidak ada yang boleh mengurangi ataupun menambahkannya. Dan ternyata, melalui jumlah rakaat tersebut kita dapat memetik satu hikmah yang sangat berharga, yaitu kejujuran. Sholat yang rakaatnya telah ditetapkan dan sudah tidak dapat diutak-atik tersebut ternyata secara tidak  langsung telah mengajarkan seorang muslim untuk senantiasa berlaku jujur, kapanpun dan dimanapun. Tidak ada seorang muslim yang mengerjakan sholat ‘ashar sebanyak dua atau tiga rakaat karena terburu-buru atau karena ia mengerjakannya ditempat yang tertutup. Dan tidak dibenarkan pula untuk menambahkan jumlah rakaat tertentu semau kita sendiri dengan tujuan agar mendapatkan pahala yang lebih banyak. Kapanpun dan dimanapun, pada waktu malam di dalam gua yang terasing sekalipun, mengerjakan sholat ‘ashar adalah empat rakaat, tidak lebih dan tidak kurang.
Meskipun sholat itu dikerjakan secara tersembunyi (tidak dilihat oleh orang lain), tetap saja rakaat yang boleh dikerjakan adalah yang telah ditetapkan. Tidak dibenarkan untuk menambahkan maupun mengkorupsikan rakaat tersebut.
Menghilangkan sifat malas
Sholat fardhu yang dilakukan sebanyak lima kali dalam sehari, sholat shubuh yang dilakukan pada bagi buta, sholat tahajud yang dilakukan di sepertiga malam manakala hampir setiap makhluk Allah swt tertidur, keutamaan sholat berjamaah di masjid, semua itu mengandung unsur-unsur yang mendidik bagi  seorang muslim. Untuk mengerjakan sholat-sholat tersebut harus melawan satu jenis penyakit yang banyak hinggap dan bersemayam di dalam dada manusia, yaitu rasa malas.
Di sini dapat di ambil kesimpulan bahwa sholat dapat meningkatkan prestasi atau kualitas hidup seorang muslim, minimal mencetak umat muslim dengan kepribadian sebagai berikut:
  • Senantiasa mengajarkan kebaikan
  • Disiplin
  • Bersih
  • Penuh konsentrasi
  • Selalu bertutur kata yang baik
  • Selalu menjaga ukhuwah Islamiyah dan insaniyah
  • Jujur
  • Tidak malas (rajin)
Subhanallah! Betapa mulianya nilai dari ibadah sholat yang merupakan ibadah yang paling utama bagi umat Islam. Bukankah rangkaian kepribadian yang luhur di atas merupakan satu prestasi yang sangat gemilang di dalam kehidupan? Rasa syukur yang tak terhingga marilah sama-sama kita panjatkan  kepada Allah swt yang telah menempatkan kita semua di dalam koridor Islam.
Demikianlah artikel yang cukup sederhana ini, semoga dapat memberikan barokah dan maslahat bagi kita semua. Amin. Sholat Menunjang Prestasi
Wallahua’lam
Disebarkan oleh : Muhammad Faisal ( muhammad.faisal96@yahoo.com ) @faisal_newcamp

Keutamaan Sholat Dhuha



     Shalat dhuha memiliki rahasia yang menakjubkan dengan bertaburkan keutamaan. Seandainya orang-orang yang melupakannya itu mengetahui keutamaannya, pastilah mereka tidak akan pernah melewatkan untuk shalat dhuha.
Di antara keutamaannya itu adalah:

pertama, sebagai pengganti sedekah anggota badan. Manusia memiliki 360 sendi, yang setiap sendinya hendaknya dikeluarkan sedekah pada setiap harinya. Tentu, hal ini merupakan pekerjaan yang sangat sulit untuk dilaksanakan. Akan tetapi, Rasulullah SAW menawarkan solusi praktis untuk mengatasi itu semua, yaitu dengan menggantinya dua rakaat shalat dhuha.
Rasulullah SAW bersabda, “Setiap sendi tubuh setiap orang di antara kamu harus disedekahi pada setiap harinya. Mengucapkan satu kali tasbih (Subhanallah) sama dengan satu sedekah, satu kali tahmid (Alhamdulillah) sama dengan satu sedekah, satu kali tahlil (La ilaha illallah) sama dengan satu sedekah, satu kali takbir (Allahu Akbar) sama dengan satu sedekah, satu kali menyuruh kebaikan sama dengan satu sedekah, dan satu kali mencegah kemungkaran sama dengan satu sedekah. Semua itu dapat dicukupi dengan melaksanakan dua rakaat shalat dhuha.” (HR Muslim dan Abu Dawud).
Kedua, dibangunkan istana dari emas. Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa shalat dhuha 12 rakaat, maka Allah SWT akan membangunkan baginya istana dari emas di surga.” (HR Ibnu Majah).
Ketiga, diampuni dosa-dosanya. Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang menjaga shalat dhuha, maka dosa-dosanya akan diampuni meskipun sebanyak buih di lautan.” (HR Ibnu Majah).
Dalam hadis yang lain, “Barang siapa yang menunaikan shalat Subuh kemudian ia duduk dan tidak mengucapkan perkataan yang sia-sia, melainkan berzikir pada Allah SWT hingga menunaikan shalat dhuha empat rakaat, maka dosa-dosanya akan terhapus bersih seperti anak yang baru dilahirkan oleh ibunya, ia tidak punya dosa.” (HR Abu Ya’la).
Keempat, dicukupi kebutuhan hidupnya. Dalam hadis Qudsi, Allah SWT berfirman, “Wahai anak Adam, rukuklah (shalatlah) karena Aku pada awal siang (shalat dhuha) empat rakaat, maka Aku akan mencukupi (kebutuhan)-mu sampai sore hari.” (HR Tirmidzi).
Kelima, mendapat pahala setara ibadah haji dan umrah. Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang shalat Subuh berjamaah kemudian duduk berzikir untuk Allah sampai matahari terbit kemudian (dilanjutkan dengan) mengerjakan shalat dhuha dua rakaat, maka baginya seperti pahala haji dan umrah, sepenuhnya, sepenuhnya, sepenuhnya.” (HR Tirmidzi).
Keenam, masuk surga melalui pintu dhuha. Sabda Rasulullah SAW, “Sesungguhnya di surga kelak terdapat pintu yang bernama adh-Dhuha, dan pada hari kiamat nanti akan terdengar panggilan, di manakah orang-orang yang melanggengkan shalat dhuha, ini adalah pintu kalian masuklah kalian dengan rahmat Allah SWT.” (HR Thabrani).
Saudaraku, begitu banyak keutamaan yang Allah janjikan kepada orang-orang yang membiasakan shalat dhuha. Masihkan kita tidak tergiur untuk mengerjakannya? Janji Allah mana lagi yang akan kita ragukan? Semoga bermanfaat,  Wallahu a’lam.

 
Disebarkan oleh : Muhammad Faisal ( muhammad.faisal96@yahoo.com ) @faisal_newcamp

Pentingnya Sholat Tahajud


    Membiasakan shalat malam itu berarti mengajak diri kita masuk ke dalam golongan orang-orang shaleh, yang hatinya selalu berdampingan denganAllah swt. Sebagaimana Allah swt berfirman di dalam Alquran :


    “Pada malam hari, hendaklah engkau shalat Tahajud sebagai tambahan bagi engkau. Mudah-mudahan Tuhan mengangkat engkau ketempat yang terpuji.” (QS : Al-Isro’ : 79).
            
    Sebelum diturunkannya kewajiban shalat lima waktu, shalat malam seperti shalat Tahajud merupakan shalat yang diwajibkan kepada Nabi Muhammad saw. Karena itu, saat ini umat Islam selalu dianjurkan untuk mendirikan shalat malam seperti shalat Tahajud. 

    Sahabat Abdullah bin Salam mengatakan, bahwa Nabi Muhammad saw bersabda: ”Hai sekalian manusia, sebarluaskanlah salam dan berikanlah makanan serta sholat malamlah diwaktu manusia sedang tidur, supaya kamu masuk Sorga dengan selamat.” (HR Tirmidzi).

    Dalam hadis yang diriwayat Imam Muslim, shalat di waktu malam merupakan shalat yang paling utama sesudah shalat fardu.

    “Seutama-utama shalat sesudah shalat fardhu ialah shalat sunnat di waktu malam” (HR. Muslim).

    Bagi umat Islam, waktu malam bukan sekadar waktu tanpa penerangan matahari. Malam bagi Islam adalah waktu yang sangat berarti dan waktu yang diutamakan oleh Allah SWT.

    Sebagaimana Nabi Muhammad saw bersabda: “Pada tiap malam Tuhan kami Tabaraka wa Ta’ala turun (ke langit dunia) ketika tinggal sepertiga malam yang akhir. Ia berfirman : “Barang siapa yang menyeru-Ku, akan Aku perkenankan seruannya. Barang siapa yang meminta kepada-Ku, Aku perkenankan permintaanya. Dan barang siapa meminta ampunan kepada-Ku, Aku ampuni dia.” (HR Bukhari dan Muslim).

    Pada sebuah hadis lain juga disebutkan, saat saat ijabah (dikabulkannya doa) itu adalah 1/3 malam yang terakhir. ”Abu Muslim bertanya kepada sahabat Abu Dzar : “Diwaktu manakah yang lebih utama kita mengerjakan sholat malam?”

    Sahabat Abu Dzar menjawab : “Aku telah bertanya kepada Rosulullah SAW sebagaimana engkau tanyakan kepadaku ini.” Rosulullah SAW bersabda :?“Perut malam yang masih tinggal adalah 1/3 yang akhir. Sayangnya sedikit sekali orang yang melaksanakannya,” (HR Ahmad).

    Mengakhiri tulisan ini, sungguh menyayangkan ketika waktu malam hanya kita habiskan untuk melihat kenikmatan dunia.

    Ada baiknya turut kita isi dengan shalat malam sebagai bekal di dunia dan akhirat nanti, serta sebagai persiapan menghadapi bulan suci Ramadhan yang sebentar lagi akan tiba.
 
Disebarkan oleh : Muhammad Faisal ( muhammad.faisal96@yahoo.com ) @faisal_newcamp
Sumber : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/12/06/15/m5me40-keutamaan-shalat-tahajud

Selasa, 04 Desember 2012

Kesaksian Palsu


Kesaksian palsu pada saat ini seakan-akan merupakan hal yang biasa saja, padahal suatu kesaksian palsu merupakan salah satu dosa besar. Berapa banyak orang-orang yang berdusta dalam kesaksiannya. Tidakkah mereka tahu ataukah mereka pura-pura tidak mengetahuinya? Berikut keterangan lebih jelas tentang pandangan islam mengenaikesaksian palsu berdasarkan dalil-dalil Alquran dan Sunnah.
Allah Subhanahu wata'ala berfirman :
 “Maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilahperkataan-perkataan dusta, dengan ikhlas kepada Allah, tidak mempersekutukan sesuatu dengan Dia” (Al Hajj: 30-31).
 Diriwayatkan oleh Abdurrahman bin Abi Bakrah Radhiallahu’anhu dari ayahnya, ia berkata, “Kami sedang berada di sisi Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam  lalu beliau Shallallahu'alaihi wasallam bersabda : “Maukah, aku kabarkan kepada kalian tentang tiga dosa besar ? (tiga kali) yaitu menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua,” (ketika beliau bersender, kemudian beliau duduk dan berkata) : ketahuilah, dan perkataan dosa (Kesaksian palsu).” Ia berkata : “dan Rasulullah masih terus mengulang-ngulangnya sehingga kami berkata : “sekiranya beliau diam” (HR Al Bukhari, Fathul Bari : 5/261).
 Berulang-ulangnya peringatan Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam tentang kesaksian palsu tersebut karena banyak orang yang meremehkannya. Di samping banyak faktor yang mengakibatkan kesaksian palsu, misalnya karena permusuhan, dengki, dan sebagainya. Juga karena kesaksian palsu mengakibatkan berbagai bentuk kerusakan di muka bumi. Berapa banyak orang yang kehilangan hak-haknya karena kesaksian palsu, berapa banyak pula penganiayaan menimpa orang-orang yang tidak berdosa di sebabkan kesaksian palsu, atau seseorang mendapatkan sesuatu yang bukan haknya, atau dinisbatkan kepada nasab yang bukan nasabnya. Semua itu disebabkan karena kesaksian palsu.
Termasuk menganggap enteng masalah ini adalah apa yang dilakukan oleh sebagian orang di pengadilan dengan mengatakan kepada seseorang yang ia temui: “jadilah saksi untukku, nanti aku akan menjadi saksi untukmu.” Maka laki-laki itupun memberikan kesaksian atas perkara yang tidak ia ketahui. Misalnya memberi kesaksian tentang pemilikan tanah, rumah, atau keterangan bersih diri. Padahal dia tidak pernah bertemu dengan orang tersebut kecuali di pintu pengadilan atau di koridor / lobi. Ini adalah satu kedustaan. Seharusnya, semua bentuk kesaksian itu adalah sebagaimana disebutkan dalam firman Allah :
“Dan kami hanya menyaksikan apa yang kami ketahui” ( Yusuf : 81).

Disebarkan oleh : Muhammad Faisal ( muhammad.faisal96@yahoo.com ) @faisal_newcamp